• Breaking News

    Tak Ingin Jadi Wartawan, Malah Direkrut Media Nasional

    Padang – Banyak yang mengenalnya sebagai wartawan yang tak kenal menyerah saat meliput berita. Bisa mendapatkan 5 bahan berita layak muat. Itu pun di media nasional.

    Gatra namanya, baik versi majalah  berita maupun media online. Perekrutannya pun relative cepat. Hanya dalam hitungan hari. Pertama kali, dia harus mengirimkan contoh berita dan ternyata layak muat. Dua hari berikutnya, Wahyu mulai ditugaskan oleh Gatra. 

    Tiap hari dia bisa membuat 10 berita dalam sehari. Suatu pencapaian yang bisa membuat orang iri. Termasuk rekannya sesama kontributor majalah yang sama.

    “Ya Bang, saya bisa membuat berita layak muat 5-10 berita sehari. Karena saya merencanakannya dengan baik. Mencicil wawancara dengan narasumber dengan berpedoman isu-isu hangat di daerah maupun tingkat nasional,” ujar Wahyu Saputra (37) ketika dicegat di sela-sela kesibukannya mengikuti Uji Kompetensi Wartawan di Hotel Santika, Padang, 6 Juli 2024.

    Wahyu, begitu dia akrab dipanggil, mengungkapkan bahwa dirinya terpacu untuk membuat berita yang bagus karena ingin mendapatkan uang untuk membiayai kuliah Strata-2 di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Padang.

    “Sebab dari honor berita yang cukup besar, Rp45.000 per berita. Kita bisa memperkirakan berapa berita yang harus dihasilkan untuk mendapatkan penghasilan yang lumayan. Makanya dengan disiplin dan teknis pengumpulan bahan yang makin baik, bisa meraihnya,” ujar suluh dari 5 bersaudara itu.

    Apalagi, ketika pria yang dia panggil Abah itu mulai sakit-sakitan. Hingga dirawat lantaran sakit paru-paru yang menderanya. Butuh biaya untuk bolak balik ke RS Khusus Paru di Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman.

    Namun, merebaknya covid-19 membuat Wahyu harus berdamai dengan keadaan. Dia terpaksa mengalah agar kuliah sang adik bisa lanjut. “Bagaimanapun adik saya harus tamat, karena itu amanah Abah jelang beliau meninggal akhir tahun 2020 lalu. Satu penyesalan saya Bang, saya belum bisa merealisasikan keinginan beliau untuk melihat saya wisuda S-2,” kata Wahyu dengan suara serak menahan sedih yang nyaris membuatnya meneteskan air mata.

    Setelah berhasil menguasai diri, Wahyu pun membuka rahasia. Dia sebenarnya tidak bercita-cita untuk jadi wartawan, karena sering dipersulit dosen ketika asistensi tugas skripsi Pendidikan Strata-1 (S-1). Terbayang baginya, bagaimana pula sulitnya ya bertemu dengan pejabat dan orang hebat lainnya. “Tentu lebih sulit,” ujarnya mengulangi ungkapan hatinya ketika berulangkali gagal menemui dosen pembimbing.

    Setelah meraih gelar S.Pd., Wahyu juga tidak pernah berfikir akan menjadi seorang wartawan. Dia pun berupaya mendapatkan kerja di PKPU. Namun karena tidak diizinkan kuliah sambil bekerja, dia terus berganti pekerjaan. Niatnya hanya satu, bisa menamatkan kuliah. Dan itu terealisasi tahun 20212

    Akhirnya, di tahun 2014 ada tawaran kerja di Metro Andalas. Koran Harian yang diterbitkan oleh anak perusahaan Antara Sumbar. Dia menggawangi pracetak di media tersebut. Sampai akhirnya dibolehkan meliput karena dia berupaya mendapatkan uang lebih. Apalagi gaji sebagai tenaga layout (tata letak media) sebesar Rp2.300.000,- mulai dibayarkan secara cicilan oleh perusahaan.

    Wahyu terpaksa harus menempuh jalan yang pernah dia hindari. Dia pun mulai menapak menjadi seorang wartawan. Dia pun belajar pekerjaan seorang jurnalis. Tapi tetap harus mengerjakan layout Koran Metro Andalas.

    Wahyu sampai harus bermalam di kantor agar bisa melaksanakan tanggung jawabnya baik sebagai wartawan maupun lay out man. Sampai mulai merasakan keasyikan tersendiri.

    “Alhamdulillah bisa memenuhi kebutuhan hidup, bahkan bisa membantu kuliah adik di Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang hingga tamat. Tunai satu Amanah Amanah Abah,” ujar pria kelahiran Muko-muko Bengkulu tersebut.

    Hanya saja kisah sedih hidupnya tidak berhenti di situ. Tahun 2023, dia harus mengubur impiannya mendapatkan gelar Strata-2 di Jurusan Bahasa Dan Sastra Indonesia Universita Negeri Padang. Dia dianggap mengundurkan diri karena ketiadaan biaya.

    “Padahal, tinggal ujian tesis dan tawaran sebagai tenaga pengajar di salah satu perguruan tinggi swasta sudah dikantongi. Sakit rasanya Bang,” katanya.

    Namun, Allah punya rencana lain. Kesedihan yang silih berganti, membuat Wahyu tegar dan terus meningkatkan potensi diri. Dia pun mengasah kemampuannya membuat video. Sambil meliput berita, momen-momen yang bagus pun diabadikannya melalui rekaman video.

    Video-video itulah yang kemudian mendatangkan uang baginya. Ternyata Wahyu bisa memotisasi kanal You Tube miliknya. “You Tube saya mendatangkan cuan jutaan rupiah juga karena banyak viewer-nya. Alhamdulillah,” ujarnya.  (*)

    Tidak ada komentar

    Masukan dan informasinya sangat penting bagi pengembangan situs kita ini...

    Pendidikan

    5/pendidikan/feat2