Leonardy Tekankan Pentingnya Pendidikan Kebangsaan Sejak Usia Dini
PADANG – Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
(MPR RI) bekerjasama dengan Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia
Dini (Himpaudi) Kota Padang mengadakan kegiatan sosialisasi empat pilar dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, pada Jum’at (30/6/2023) bertempat di Gedung
Youth Center Bagindo Aziz Chan Padang. Acara ini diikuti oleh Pengurus dan
Anggota Himpaudi se-Kota Padang.
Sebagai narasumber kegiatan ini, Anggota MPR RI, H. Leonardy
Harmainy Dt. Bandaro Basa, S.IP., MH dan Rektor Universitas Ekasakti Padang,
Prof. Dr. Sufyarma Marsidin, M.Pd dan moderatornya Noviandi Amir, SH, MH. Turut
hadir dalam acara tersebut Ketua Himpaudi Kota Padang, Desi Susanti, S.Pd, dan
Kepala Bidang PAUD Dinas Pendidikan Kota Padang Asmawati, SE., M.Si.
Leonardy menyatakan sosialisasi ini merupakan tugas MPR RI
sesuai dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014 dan Undang-undang Nomor 02
Tahun 2018 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD untuk melaksanakan agenda
memasyarakatkan Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia,
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Ditegaskannya sosialisasi ini penting artinya mengingat saat
ini cukup banyak fenomena yang terjadi di masyarakat yang berpotensi memecah
belah bangsa ini. Belum lagi kemajuan teknologi dan informasi saat ini yang
menghilangkan sekat-sekat kebangsaan, memudahkan masuknya paham-paham yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia dalam Empat Pilar
Kebangsaan. Untuk itu generasi penerus kita harus ditanamkan nilai-nilai ini
sejak usia dini.
Leonardy mengingatkan tugas guru PAUD adalah menanamkan
nilai-nilai kepada anak-anak seperti kemandirian, kematangan emosi, menghormati
orang tua, menghormati sesama teman, pandai bergaul. “Proses pembelajaran ini
disampaikan melalui belajar dengan bermain, bermain dengan belajar, belajar
dengan bernyanyi," ungkap Leonardy.
Untuk itu Leonardy mengharapkan para guru PAUD dapat
menyampaikan nilai-nilai luhur yang terkandung pada Empat Pilar dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara kepada anak didiknya saat proses pembelajaran tersebut.
Leonardy melanjutkan, para anggota Himpaudi Kota Padang
adalah guru atau orang-orang yang mengajar generasi muda yang masih pada usia
dini dan berada di garis depan yang juga berinteraksi langsung dengan orang tua
anak-anak tersebut. Ini tugas mulia sehingga pondasi atau dasar pengetahuan
anak-anak terbentuk dan akan terus dipakainya selama masa hidupnya. Itulah
mengapa empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara penting diajarkan sejak
usia dini.
Nilai-nilai yang diajarkan kepada anak-anak hendaknya sesuai
dengan ideologi dan aturan yang ada di Indonesia. Nilai-nilai mulia itulah yang
selanjutnya akan diteruskan oleh generasi emas dalam membangun bangsa di masa
depan nanti.
Guru PAUD yang sehari-hari berada di tengah-tengah
masyarakat, kata Leonardy, diharapkan menyampaikan sosialisasi empat pilar
kehidupan berbangsa dan bernegara kepada masyarakat di lingkungannya.
Dalam kesempatan itu, Ketua Himpaudi Kota Padang, Desi
Susanti, S.Pd juga menyampaikan bahwa mulai tahun ini (2023) menerapkan
Kurikulum Merdeka Belajar pada lembaga PAUD di Padang. Harapannya tentu agar
anak-anak dapat dipersiapkan untuk mengikuti pendidikan di tingkat selanjutnya.
Dikatakannya bahwa Himpaudi Kota Padang tetap mengarahkan
lembaga-lembaga PAUD yang dinaungi untuk menerapkan kurikulum terbaru kepada
anak-anak didik. PAUD di Kota Padang juga menerapkan Senam Profil Pancasila.
Melalui senam ini diharapkan pendidik PAUD bisa mengenalkan, memberi pemahaman
tentang nilai-nilai luhur dalam keempat pilar kebangsaan kepada anak usia dini
yang belajar di lembaga mereka.
Desi juga mengungkapkan di Kota Padang ada 177 lembaga PAUD
dan 572 pendidik dan tenaga kependidikan anak usia dini. Dia sangat
mengharapkan dukungan Leonardy untuk guru PAUD. Sebab hingga saat ini lembaga
PAUD masih berada di luar sistem pendidikan formal Indonesia dan belum ada
dalam undang-undang pendidikan.
“Hal ini membuat kami belum mendapatkan fasilitas dan
benefit selayaknya tenaga kependidikan," ungkap Desi.
Rektor Universitas Ekasakti Prof. Dr. Sufyarma Marsidin,
M.Pd selaku narasumber menyampaikan bahwa materi Empat Pilar dalam Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara dapat disampaikan kepada anak-anak usia dini dalam
bentuk sederhana. Sesuai dengan umurnya.
“Misalnya dengan membuat peraturan di kelas, itu mengajarkan
tentang pentingnya mematuhi peraturan dalam menjaga ketertiban," ungkap
Ketua Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) Sumatera Barat itu.
Bagaimana Bersikap
Dalam sesi tanya jawab bersama peserta, Ketua Himpaudi Kota
Padang Desi Susanti, S.Pd menanyakan berkaitan dengan pelanggaran terhadap
perundang-undangan. Ia mengatakan bahwa berita tentang pelanggar hukum dan
undang-undang ini justru banyak juga si pembuat undang-undang itu sendiri. Ia
khawatir bahwa pemberitaan ini akan dilihat anak-anak dan dicontoh. “Kita tentu
khawatir anak-anak nanti malah mencontoh pelanggarannya,” ungkapnya
Meni Effendi, S.Pd, Anggota Himpaudi dari Kecamatan Nanggalo
mengatakan bahwa ia merasa pemerintah kurang konsisten dalam penegakan Empat
Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Karena, saat ini saja di sekolah
tingkat dasar dan menengah pelajaran tentang pancasila dan kewarganegaraan itu
hanya dua jam dalam seminggu. “Bagaimana bisa menanamkan nilai Pancasila kepada
anak jika diberi waktu hanya dua jam dalam seminggu," katanya.
Selain itu, Meni juga mempertanyakan tentang materi
sosialisasi empat pilar itu. Bagaimana caranya agar bisa menanamkan nilai
Pancasila dan pilar lainnya, sedangkan anak usia dini masih belum bisa berfikir
secara abstrak.
Menanggapi pertanyaan para peserta sosialisasi, Prof. Dr.
Sufyarma Marsidin, M.Pd menjelaskan tugas kita adalah mengajarkan kepada
anak-anak tentang pentingnya mematuhi aturan. Tidak hanya dipatuhi, tapi juga
aturan yang ada dilaksanakan secara konsisten. Bentuk kelompok atau grup kepada
anak untuk mensimulasikan kehidupan bermasyarakat.
Ditambahkannya Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
sangatlah penting untuk diajarkan kepada anak. Apalagi anak usia dini dimana
daya serap anak masih sangat kuat. “Sehingga, jika kita menanamkan nilai-nilai
kebangsaan, persatuan, kepatuhan, kemanusiaan dan keagamaan, maka nilai
tersebut akan melekat hingga dewasa,” ungkap Rektor Unes tersebut.
Prof. Dr. Sufyarma Marsidin melanjutkan meski pendidikan
Pancasila atau kewarganegaraan hanya diajarkan dua jam, itu kan hanya
pendidikan intrakurikuler. Artinya, pendidikan nilai-nilai kebangsaan ini dapat
diajarkan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Jangan hanya terpaku pada
pembelajaran dalam silabus saja. Bisa dikembangkan melalui pembelajaran diluar
materi yang disusun dalam kurikulum.
H. Leonardy Harmainy Dt. Bandaro Basa, S.IP., MH mengatakan
bahwa pelanggaran hukum atau perundang-undangan itu dilakukan karena adanya
kesempatan oleh si pelanggar maupun oleh pembuat aturan itu sendiri. Guru PAUD
hendaknya menyaring berita yang dilihat atau ditunjukkan kepada anak, bisa juga
memberikan contoh lain yang baik-baik saja. Ajarkan bahwa ada konsekuensi pada
setiap pelanggaran terhadap aturan-aturan yang ada.
“Harus disadari dan diajarkan pula, menjadi orang penting
itu baik, namun menjadi orang baik jauh lebih penting,” kata Ketua Badan Kehormatan
DPD RI tersebut.
Apabila nilai kebaikan ini sudah tertanam, maka akan mudah
untuk menyampaikan ilmu yang sudah kita dapatkan. Penting juga untuk menyadari
bahwa anak masih belum bisa berfikir abstrak. Jadi pembelajaran melalui
simulasi akan lebih baik.
Berkaitan dengan dimasukannya PAUD ke dalam sistem
pendidikan formal dan perundang-undangan sistem pendidikan nasional, Leonardy
menyatakan, menyampaikanya pada pemerintah saat rapat kerja bersama pemerintah.
“Kita akan desak pemerintah agar aspirasi dari Himpaudi dapat diakomodir,"
kata Leonardy. (*)
Tidak ada komentar
Masukan dan informasinya sangat penting bagi pengembangan situs kita ini...