SMP 1 Sintoga Terapkan Zonasi Murni, Pahamkan Orang Tua Siswa
Padang Pariaman (sumbakini.com) - Beban pelajaran di SD yang terlalu padat akibat pembelajaran tematik, banyaknya tugas yang harus dikerjakan di rumah (PR), membuat anak sulit beradaptasi di masa-masa awal sekolah di SMP. Bahkan ada siswa yang cenderung apatis. Mereka ikut belajar tapi tidak fokus.
Hal ini terungkap saat kunjungan Anggota DPD RI H. Leonardy Harmainy Dt. Bandaro Basa, S.IP., MH ke sekolah itu. Saat diskusi dengan Wakil Kepala Sekolah, Dra. Nofrita Yenti beserta, kepala tata usaha, operator dapodik dan guru di sana, tersebutlah kekhawatiran guru akan perhatian siswanya yang seolah kurang perhatiannya terhadap pelajaran. Mereka juga sepertinya 'memiliki' lingkungan tersendiri.
"Saat guru mengajar, mereview sejumlah pelajaran yang sebenarnya telah mereka pelajari sewaktu di SD, mereka menjawab tidak pernah belajar, tidak tahu, kurang paham dan sebagainya. Kondisi ini mungkin perlu mendapat perhatian kita bersama," ujar Nofrita seakan mengadu kepada Senator asal Sumbar itu.
Nofrita menyebutkan jika kondisi ini dibiarkan, dikhawatirkan anak-anak tak sempat mengaji. Mereka tak sempat belajar keterampilan hidup sehari-hari.
Nofrita mengungkapkan rasa syukurnya atas kehadiran Leonardy Harmainy ke sekolah mereka. "Kami sangat berbangga dengan kehadiran Anggota DPD RI ke sekolah kami ini. Meski Bapak datang melihat pelaksanaan zonasi pada PPDB sekolah kami, tentunya bisa pula menyampaikan aspirasi para pendidik di Padang Pariaman ini khususnya dan Indonesia pada umumnya," katanya.
Dijelaskan Nofrita, pada PPDB SMP 1 Sintoga, memang ada orang tua yang bersikeras anaknya diterima di sekolah itu. Dengan pengertian yang diberikan, bahkan sampai diperlihatkan sistem penerimaan yang berlaku, barulah mereka paham.
Orang tua bisa melihat betapa anak-anak mereka ditolak oleh sistem lantaran tidak sesuai zonasinya. Sebanyak 10 orang diakomodir di online tahap kedua, ketika daya tampung masih memungkinkan. Jadi total siswa yang diterima berjumlah 223 orang yang terbagi dalam 7 rombel.
"Alhamdulillah PPDB kami tidak ada kendala pak," jelasnya kepada Leonardy yang didampingi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Padang Pariaman, Drs. Rahmang, MM serta Kabid Perencanaan dan pengembangan Heri Kurnia, M.Si.
Leonardy Harmainy juga sependapat banyaknya tugas rumah yang diberikan kepada anak-anak SD membuat mereka tidak sempat lagi bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Itu membuat mereka acuh dengan perkembangan di sekitarnya. Gadget pun membuat anak makin jadi individual.
"Ini jadi bahan pertimbangan kita bersama untuk bagaimana menjadikan anak enjoy dalam menjalani masa pendidikan dasar mereka. Bagaimana mengharapkan mereka bertekad memajukan bangsanya jika mereka cenderung invidualis," sergah Leonardy.
Kiat sekolah untuk menyisipkan kearifan lokal seperti doa bersama, tadarus hingga jam 8 pagi, literasi hingga 8.10 WIB patut didukung. Variasi belajar diharapkan dapat
Terkait tugas pengawasan terhadap pelaksanaan UU Sisdiknas, Leonardy menilai SMP Negeri 1 Sintoga telah melaksanakan zonasi murni. "Saya menyatakannya murni zonasi berdasarkan tempat tinggal. Berarti telah melaksanakan Permendikbud No.51 Tahun 2018.
Soal kekurangan guru sudah menjadi masukan baginya. DPD bakal terus mendesak agar pengangkatan guru diberlakukan secara reguler. "Sebanyak 200 guru pensiun per tahun. Ini baru untuk Padang Pariaman saja. Harusnya jadi prioritas," ungkapnya.
Leonardy juga menyayangkan tenaga teknis (operator) dapodik yang hanyalah guru sukarela yang dibayar Rp500.000 per bulannya. Dapodik ini wajib keberadaannya, tanggung jawab besar tapi penghargaan terhadap mereka masih belum sepadan. "Mudah-mudahan dapat kita membicarakannya dengan Pak Bupati. Bisa juga dengan adik-adik Anggota DPRD yang bakal dilantik pada Agustus nanti. Insya Allah," ungkapnya. (*)
Hal ini terungkap saat kunjungan Anggota DPD RI H. Leonardy Harmainy Dt. Bandaro Basa, S.IP., MH ke sekolah itu. Saat diskusi dengan Wakil Kepala Sekolah, Dra. Nofrita Yenti beserta, kepala tata usaha, operator dapodik dan guru di sana, tersebutlah kekhawatiran guru akan perhatian siswanya yang seolah kurang perhatiannya terhadap pelajaran. Mereka juga sepertinya 'memiliki' lingkungan tersendiri.
"Saat guru mengajar, mereview sejumlah pelajaran yang sebenarnya telah mereka pelajari sewaktu di SD, mereka menjawab tidak pernah belajar, tidak tahu, kurang paham dan sebagainya. Kondisi ini mungkin perlu mendapat perhatian kita bersama," ujar Nofrita seakan mengadu kepada Senator asal Sumbar itu.
Nofrita menyebutkan jika kondisi ini dibiarkan, dikhawatirkan anak-anak tak sempat mengaji. Mereka tak sempat belajar keterampilan hidup sehari-hari.
Nofrita mengungkapkan rasa syukurnya atas kehadiran Leonardy Harmainy ke sekolah mereka. "Kami sangat berbangga dengan kehadiran Anggota DPD RI ke sekolah kami ini. Meski Bapak datang melihat pelaksanaan zonasi pada PPDB sekolah kami, tentunya bisa pula menyampaikan aspirasi para pendidik di Padang Pariaman ini khususnya dan Indonesia pada umumnya," katanya.
Dijelaskan Nofrita, pada PPDB SMP 1 Sintoga, memang ada orang tua yang bersikeras anaknya diterima di sekolah itu. Dengan pengertian yang diberikan, bahkan sampai diperlihatkan sistem penerimaan yang berlaku, barulah mereka paham.
Orang tua bisa melihat betapa anak-anak mereka ditolak oleh sistem lantaran tidak sesuai zonasinya. Sebanyak 10 orang diakomodir di online tahap kedua, ketika daya tampung masih memungkinkan. Jadi total siswa yang diterima berjumlah 223 orang yang terbagi dalam 7 rombel.
"Alhamdulillah PPDB kami tidak ada kendala pak," jelasnya kepada Leonardy yang didampingi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Padang Pariaman, Drs. Rahmang, MM serta Kabid Perencanaan dan pengembangan Heri Kurnia, M.Si.
Leonardy Harmainy juga sependapat banyaknya tugas rumah yang diberikan kepada anak-anak SD membuat mereka tidak sempat lagi bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Itu membuat mereka acuh dengan perkembangan di sekitarnya. Gadget pun membuat anak makin jadi individual.
"Ini jadi bahan pertimbangan kita bersama untuk bagaimana menjadikan anak enjoy dalam menjalani masa pendidikan dasar mereka. Bagaimana mengharapkan mereka bertekad memajukan bangsanya jika mereka cenderung invidualis," sergah Leonardy.
Kiat sekolah untuk menyisipkan kearifan lokal seperti doa bersama, tadarus hingga jam 8 pagi, literasi hingga 8.10 WIB patut didukung. Variasi belajar diharapkan dapat
Terkait tugas pengawasan terhadap pelaksanaan UU Sisdiknas, Leonardy menilai SMP Negeri 1 Sintoga telah melaksanakan zonasi murni. "Saya menyatakannya murni zonasi berdasarkan tempat tinggal. Berarti telah melaksanakan Permendikbud No.51 Tahun 2018.
Soal kekurangan guru sudah menjadi masukan baginya. DPD bakal terus mendesak agar pengangkatan guru diberlakukan secara reguler. "Sebanyak 200 guru pensiun per tahun. Ini baru untuk Padang Pariaman saja. Harusnya jadi prioritas," ungkapnya.
Leonardy juga menyayangkan tenaga teknis (operator) dapodik yang hanyalah guru sukarela yang dibayar Rp500.000 per bulannya. Dapodik ini wajib keberadaannya, tanggung jawab besar tapi penghargaan terhadap mereka masih belum sepadan. "Mudah-mudahan dapat kita membicarakannya dengan Pak Bupati. Bisa juga dengan adik-adik Anggota DPRD yang bakal dilantik pada Agustus nanti. Insya Allah," ungkapnya. (*)
Tidak ada komentar
Masukan dan informasinya sangat penting bagi pengembangan situs kita ini...