Masyarakat Sumbar Harus Tenang, Tunggu Penetapan KPU
Padang – Kehebohan
di media sosial tentang hasil pemilihan presiden (pilpres) harus segera
disikapi dengan bijak. Jika dibiarkan berlarut-larut, dikhawatirkan bakal
memantik pergesekan yang serius antar anak bangsa. Akibat lebih lanjutnya bisa
memunculkan perpecahan yang rentan mengganggu keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI)
Menyikapi hal ini, Anggota DPD RI H. Leonardy Harmainy Dt
Bandaro Basa, S.IP., MH akhirnya angkat bicara. “Harus segera dihentikan silang
pendapat yang terjadi di media sosial. Orang Sumbar harus mampu menahan diri
dari perdebatan tersebut. Gunakan logika. Pahami perbedaan antara quick count dan real count ini,” ujarnya Jumat 19 April 2019.
Namanya saja pesta demokrasi baru saja usai. Masing-masing
pihak tentu ingin memanfaatkan secuil apapun isu, data yang mereka punya untuk
menyarakan pihaknya yang memenangkan pemilihan ini. Apalagi ada lembaga survey yang
bersedia menyediakan data yang mereka butuhkan. Bahkan adapula media untuk
mempublikasikannya secara massif.
Salah satu kubu yang diuntungkan oleh hasil quick count
langsung jumawa. Tapi kemudian dibalas oleh kubu lawan dengan menyatakan ada
kecurangan, ada pengelabuan yang dilakukan hingga hasil quick count seperti
itu. Ditampilkanlah gambar atau data pendukungnya.
Kubu lawan pun tidak langsung mengakui hasil quick count.
Mereka keluarkan pula hasil rekap C1 yang mereka dapatkan dan didapatlah C1
dari berbagai daerah. Tanpa disadari, perilaku kita ini mempertaruhkan marwah
negara.
Alangkah baiknya jika kedua kubu bersikap saling menghormati
dan menghargai. Setelah pemilihan usai marilah rekat kembali silaturahmi yang
merenggang akibat pilpres dan pileg. Terbaik dari semua itu, kedua kubu
menunggu pengumuman resmi dari lembaga yang telah dipercaya untuk itu yaitu
KPU. Jangan khawatir, ada Bawaslu yang mengawasi mereka. Bawaslu dilengkapi
dengan perangkat dan kewenangan yang besar untuk mencegah pelanggaran yang
mencederai pelaksanaan pemilu.
Bahkan tiap anak bangsa pun bisa turut mengawasinya
sebagaimana yang terjadi saat ini. Bukan hanya itu, dengan meluasnya
tagar-tagar yang dibuat anak bangsa, negara luar pun turut mengawasi pemilu di
Indonesia. Cobalah pikirkan secara mendalam apa artinya ini bagi bangsa kita?
Sangat disayangkan, jika orang Sumbar ikut-ikutan pula ke
dalam pusaran perdebatan yang tidak kunjung berkesudahan tersebut. Ingat
falsafah adat kita.
Masing-masing sistem penghitungan suara punya kelebihan dan
kekurangan. Perlu disadari bahwa quick
count (hitung cepat) itu tidak mengambil data dari keseluruhan TPS. Di
daerah-daerah itu hanya diambil beberapa sampling yang dianggap paling mewakili
kondisi sebenarnya.
Biasanya hasil quick count itu merepresentasikan hasil yang
sebenarnya. Artinya, quick count yang dilakukan oleh lembaga yang berpengalaman
hasilnya tak jauh beda dengan hitungan sebenarnya (real count). Perbedaannya
masih dalam margin error yang telah diperkirakan sebelumnya oleh lembaga survei.
Hitungan sebenarnya berdasarkan data C1 dari TPS-TPS yang
ada di seluruh Indonesia. Data tiap di TPS dikumpulkan, dientrikan, diolah
sistem dan didapatlah hasilnya. Biasanya real count ini lebih akurat namun lambat
karena banyak proses yang harus dilaluinya.
“Dari pada saling ledek, sebaiknya tiap pendukung pasangan
calon hendaknya ikut mengawasi, ikut mengawal perolehan suara calon yang
didukung. Jika ada yang kurang tolong ingatkan, berikan solusi. Hargai mereka
yang telah bersusah payah menjadikan pemilu di negara ini berkualitas,”
ungkapnya tegas.
Jika sudah keluar penetapan dari penyelenggara pemilu (KPU)
nantinya, diharapkan masing-masing pihak tetap menahan diri. Pasangan calon
yang menang tidak terlalu euphoria dengan kemenangannya dan pasangan calon yang
kalah memberikan ucapan selamat setulus hati dan bangkitlah mengajak
pendukungnya bersama-sama membangun Indonesia, memajukan Indonesia. (*)
Tidak ada komentar
Masukan dan informasinya sangat penting bagi pengembangan situs kita ini...