Ketua DPD RI menandatangani kesepakatan kerjasama. |
Kualalumpur – Ketua DPD RI Dr. H. Oesman Sapta Odang dan rombongan berupaya memanfaatkan kunjungan ke Parlimen Malaysia sebaik-baiknya. Kesempatan berpidato di hadapan Yang Berhormat Senator Dato Seri Haji Abdul Halim bin Haji Abdul Somad dan anggota Parlimen Malaysia itu digunakan pria yang akrab dipanggil OSO itu memperkuat kerjasama antara Malaysia dan Indonesia. Maka lahirlah kesepakatan kerjasama antara kedua parlemen.
“Saya yakin hubungan bilateral antara Indonesia dan Malaysia
akan semakin meningkat. Bahkan makin diperluas apabila parlemen kedua negara
mendorong implementasi kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk memakmurkan
rakyat serta menjaga stabilitas kawasan Asia Tenggara,” tegasnya di hadapan
Anggota Parlimen Malaysia, Rabu 5 Desember 2018.
Dikatakannya tantangan-tantangan lama yang masih menggantung
termasuk masalah perbatasan, pasti bisa kita selesaikan dengan baik. Syaratnya kita
mampu mengisi apa yang diistilahkan Dr. Mahathir Mohammad sebagai Era
Solidaritas Baru dengan kerjasama-kerjasama yang saling menguntungkan.
Keyakinan OSO didasarkan atas pernyataan Dr. Mahathir saat
kunjungannya beberapa waktu lalu ke Jakarta. “Saat itu beliau katakan kami
telah memulai pendekatan dan kami harus menerima Indonesia dan Malaysia harus
bekerjasama sebagaimana Malaysia bekerjasama dengan Thailand.”
Malaysia dan Thailand memiliki area pengembangan bersama,
makanya DPD menyambut baik tekad pemerintah Malaysia untuk menghidupkan kembali
proyek-proyek yang pernah ditangguhkan kedua negara. Misalnya memproduksi Mobil
ASEAN yang gagal terwujud setelah melalui perdebatan sengit di tahun 2015.
Apalagi Presiden Jokowi telah pula melakukan test drive ketika diundang Dr.
Mahathir ke Proton Holdings.
“Ini suatu awal yang baik dan perlu didorong untuk segera
direalisasikan dengan penandatanganan kerjasama antara Parlimen Malaysia dan
Parlemen Indonesia,” ujarnya.
OSO juga mengungkapkan seputar terbukanya peluang investasi
Rp120 triliun untuk korporasi Malaysia. Mereka bisa masuk ke bidang petrokimia,
infrastruktur, property, konstruksi, industri makanan, perkebunan, energi,
transportasi dan perbankan.
Tawaran ini dalam format kerjasama dengan BUMN dan swasta di
Indonesia. Dimana untuk BUMN saja, nilai peluang investasi berkisar Rp65,5
triliun.
OSO juga mencatat bahwa investasi dari Malaysia mencapai US$1,1
miliar atau Rp14,84 triliun pada tahun 2017. Artinya masih terbuka peluang
besar bagi korporasi-korporasi Malaysia untuk masuk ke bidang petrokimia,
infrastruktur dan lainnya.
“Untuk itu, parlemen kedua negara perlu terus mendorong para
pelaku usaha dan memfasilitasi mereka sesuai kapasitas masing-masing agar Era Solidaritas
Baru yang dicanangkan Dr. Mahathir Mohammad dapat dimulai implementasinya di
bidang ekonomi,” harapnya.
Parlemen Indonesia foto bersama Dato Seri Anwar Ibrahim.. |
Anak dari pasangan Odang (asal Palopo, Sulawesi Selatan) dan
Asnah Hamid (asal Sulit Air, Solok, Sumatera Barat) ini pun mengingatkan bahwa penguatan
dan perluasan hubungan antara Indonesia dan Malaysia ini berdampak positif terhadap
tingkat kemakmuran dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara. Khususnya bagi
negara-negara yang tergabung dalam Asean Economic Community.
Hubungan bilateral meningkat jika kedua negara bijak
menyikapi berbagai aspek dalam hubungan antara dua negara serumpun dan bertetangga
ini. “Ingatlah, sampai selama-lamanya Malaysia dan Indonesia akan tetap
serumpun, bertetanga dan tetap bersaudara,” pungkasnya. (*)
Tidak ada komentar
Masukan dan informasinya sangat penting bagi pengembangan situs kita ini...