Leonardy Tegaskan, Kesantunan Berpolitik Anwar Ibrahim Patut Dicontoh
Padang –
Penganugerahan gelar doktor kehormatan kepada Dato’ Seri Anwar Ibrahim dinilai sangat
tepat. Selain makin mengakrabkan hubungan kedua negara terutama dengan Ranah
Minang, penganugerahan ini sarat makna.
Generasi muda Minangkabau mendapat pencerahan. Mereka bisa
melihat betapa hujatan, dan kesulitan hingga penjara tidak menyurutkan semangat
untuk terus jadi insan yang berguna bagi sesama. Hal itu diungkapkan Anggota
DPD RI H. Leonardy Harmainy Dt. Bandaro Basa, S.IP., MH usai menghadiri Rapat Senat
Terbuka Penganugerahan Gelar Doktor Kehormatan kepada Dato’ Seri Anwar Ibrahim
di Auditorium UNP, Senin 29 Oktober 2018.
“Dato Seri telah membuktikan bahwa dipenjara dengan tuduhan yang
seolah-olah dicari-cari tetap menjadikannya pribadi yang baik dan sejarah
mencatat kehebatannya. Dia makin diakui banyak kalangan justru setelah merasakan
hidup di penjara,” ujarnya.
Menurut Leonardy, kenyataan itu diakui sendiri oleh Anwar
Ibrahim. Dia makin banyak belajar dan membaca. Dia jadi punya banyak waktu untuk
membaca buku dan makin memahami realita sosial politik setelah di penjara.
Hebatnya dia langsung mengalas pernyataannya, agar generasi
muda tak meniru garisan nasib yang harus dijalaninya. Tak harus dipenjara dulu
baru menggunakan waktu sebaik mungkin untuk belajar dan membaca.
Dato mengajak generasi muda terutama yang hadir di kuliah
umum Minggu 28 Oktober 2018 untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Selagi
berada di lembaga pendidikan manfaatkan waktu untuk belajar dengan baik dan
banyak membaca. Dia pun menekankan, hasil dari membaca itu adalah sejauh mana
seseorang dapat memahami dan peduli dengan lingkungan sekitar.
Tamu undangan dan mahasiswa UNP yang menghadiri
peganugerahan gelar doktor honoris causa kembali diingatkannya dengan buku berjudul
Excellence without a Soul. Buku yang dikarang oleh guru besar Harvard yang
mengkritik lembaga pendidikan terkenal yang punya banyak keunggulan tapi tidak
peka dengan peristiwa-peristiwa di lingkungan sekitarnya.
Para generasi muda pun mendengar sendiri betapa Dato Seri
memberikan jawaban lugas terhadap pertanyaan banyak kalangan, kenapa dia bisa
begitu mudah memaafkan orang yang telah menzaliminya. Dato’ menyatakan apapun
penderitaan yang dirasakannya belum sebanding dengan penderitaan masyarakatnya.
“Sungguh suatu contoh kesantunan berpolitik yang diperagakan Dato Seri Anwar
Ibrahim kepada kita semua. Pendidikan politik yang paripurna di era milenial,”
kata pria yang karab dipanggil Bang Leo itu.
Dia dicerca, dipenjara, tapi dia masih merasakan nikmat
Allah. Dia masih bisa melihat anak-anaknya sekolah hingga pendidikan tinggi. Keluarganya
tegar. Dia pun menerima tawaran lawan politik yang menjadi seteru paling kerasnya
selama ini hanya demi menyelamatkan negaranya.
“Ini sikap seorang negarawan
yang patut diteladani. Dia contoh hidup yang upto date bagi mereka yang berjuang
untuk orang banyak. Sarat dengan makna, pendidikan politik yang dicontohkannya,”
ungkap pimpinan DPRD Sumbar dua periode, 2004-2014.
Perjalanan hidupnya mirip dengan Buya Hamka. Yang justru
berkilau kehebatannya setelah keluar dari penjara. Hamka bisa punya karya besar
Tafsir Al Azhar setelah dia dipenjara dan mampu memanfaatkan waktu dengan dekat
kepada Allah dan banyak membaca.
“Membaca, membaca dan membaca tampaknya harus digiatkan agar
Indonesia ini menjadi negara hebat. Bagi orang Minangkabau, aktivitas membaca berkelanjutan
sebenarnya telah diisyaratkan dalam pepatah alam
takambang jadi guru. Agama pun mengajarkan tuntutlah ilmu dari ayunan
hingga ke liang lahat,” pungkasnya. (*)
Tidak ada komentar
Masukan dan informasinya sangat penting bagi pengembangan situs kita ini...